Jumat, 21 November 2008

Tarbiyah Jihadiyah

Tuk' mengenang Abdul Aziz (Imam Samudra)

Yang dihajatkan kaum Muslimin sekarang ini adalah sebidang tanah yang dapat menggambarkan Dienul Islam secara nyata. Sebidang tanah yang dapat dipergunakan untuk mengamalkan dan menerapkan secara bebas sesuai kehendak Allah.

Sebab dien ini tidak akan terlihat sempurna, jika tak diwujudkan secara riil/ nyata semua yang menjadi tuntutannya; baik itu yang berkaitan dengan sistem hukum, perundang-undangan, sistem sosial, sistem ekonomi dan ketatanegaraan serta yang lainnya.

Bagaimana sebidang tanah itu dapat diwujudkan?

Tidak bisa tidak kecuali bila ada sekelompok manusia yang terbina di atas ajaran tauhid yang murni.
Mereka terjun dalam kancah peperangan melawan kejahiliyahan (para Thogut) di muka bumi.
Lalu ada diantara mereka yang ditangkap, dipenjara, diusir dari kampung halamannya, disiksa dan dibunuh.

Maka bertahanlah mereka yang mampu bertahan, kemudian Allah Azza wa Jalla akan menurunkan pertolongannya kepada mereka, mengokohkan Dien-Nya lewat tangan-tangan mereka dan menjadikan mereka sebagai tirai bagi ketentuannya.

Mari kita doakan para mujahidin agar senantiasa dimenangkan oleh Allah SWT.

Wasalam

Minggu, 09 November 2008

As Syahid Imam Samudra Bergabung Dengan Kafilah Syuhada’

Oleh Prince of Jihad pada Sun 09 Nov 2008, 11:43 AM

Serang, Banten (arrahmah.com) - Hari ini telah dijemput para bidadari para kafilah syuhada, Mujahid Imam Samudera, Mujahid Amrozi dan Mujahid Ali Ghufron. Mereka semua telah menunjukkan pada umat ini bagaimana sikap mujahid sejati yang tetap istiqomah.

Sejak kedatangan jenazah Mujahid Imam Samudera yang diterima dirumah istri beliau Zakiah Derajat, keluarga besar tampak tabah dan meyakini akan syahidnya As Syahid Imam Samudera.

Wajah as syahid Imam Samudera yang sempat dibuka keluarga tampak putih segar, tersenyum dan berpaling kekanan sebagaimana ekspresi raut kebahagiaan dan kepuasan bertemu dengan Sang Khalik. As Syahid Imam Samudera membawa luka yang akan menjadi bukti di hadapan Allah untuk menjadi salah satu pengikut rombongan kafilah syuhada.

Setelah disholatkan keluarga, jenazah dibawa menuju masjid Al Manar Serang Banten diiringi ribuan masyarakat pada kanan kirinya jalan. Sholat jenazah diikuti ribuan umat muslim sehngga memerlukan 3 kali kesempatan sholat jenazah.

Walaupun dengan penjagaan yang sangat ketat dari aparat, hal ini tidak menyurutkan ribuan kaum muslimin mengiringi as syahid Imam Samudera untuk mengantarkan ke kuburnya. Gema takbir terus membahana mengiringi As Syahid Imam Samudera menjemput bidadari.

Sungguh,As Syahid memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi para mujahid bagaimana wujud Iskariman au mut syahidan (Hidup Mulia, Atau Mati Syahid).(Prince of jihad/arrahmah.com)

Tiga Burung Hijau, Saksi Kesyahidan Amrozi

LAMONGAN (Arrahmah.com)

Suasana haru menghiasi kediaman orang tua kedua mujahid yang Insya Allah telah syahid, Amrozi dan Ali Ghufron di Tenggulun. Ditambah dengan datangnya tiga burung hijau yang berputar-putar di atas rumah.

Lebih dari tujuh menit burung tersebut berputar-putar, seakan memberikan persaksian bahwa mereka adalah para syuhada. Istri dari Ali Ghufron, Ustdzh. Paridah Abbas menambahkan, dia melihat langit membentuk kalimat Allah saat ketiga burung tersebut datang.

Sejak semalam, sekitar pukul 22.20 lapangan yang direncanakan menjadi helipad untuk helikopter pembawa jenazah kedua syuhada (Insya Allah), Amrozi dan Ali-Ghufron, dijaga ketat oleh puluhan polisi.

Tepat pukul 23.53, ketiga mujahid akhirnya syahid (Insya Allah) di tangan toghut la'natullah. Begitulah pesan yang diterima redaksi Arrahmah.com langsung dari Ust. Ali Fauzi. Saat helikopter hendak mendarat, di kediaman ibu dari kedua mujahid (Amrozi dan Ali Ghufron) telah mengadakan prosesi persiapan penyambutan jenazah. Pintu-pintu rumah selain akses depan di tutup rapat. Wartawan tidak diperbolehkan masuk kecuali dua orang keluarga yang boleh menggunakan kamera.

Di dalam rumah, kakak tertua, Ust. Khozin memberikan nasehat. Sesuai dengan wasiat kedua mujahidin, tidak boleh ada yang menjerit, melakukan nihayah, boleh menangis tetapi tidak meraung-raung atau sampai tersedu.

Koresponden Arrahmah yang berada di Tenggulun mengatakan, dia berada di shaf terdepan saat menyalatkan jenazah berjamaah dengan istri-istri kedua mujahid. Bau harum semerbak bertebaran dalam ruangan. Kedua mujahid terlihat tersenyum dan wajahnya bersih, sangat bersih, serta jauh lebih tampan. Allahu Akbar! (Hanin Mazaya/Arrahmah.com)

Jenazah Imam Samudra Wangi, Ringan, Darahnya Segar Menetes Saat Pemakaman

Serang – Tepat hari Minggu (9/11) jam 08:30 WIB, jenazah Abdul Aziz alias Imam Samudra tiba di rumah orang tuanya di Komplek Pasir Indah Kaligandu Serang,dengan menggunakan Ambulance milik Pemerintah Kabupaten Serang, serentak saudara kandung almarhum mengangkat peti mayat yang terbuat dari kayu untuk kotak telur dan di atasnya terdapat penutup dari bambu.


Sebelum jenazah diturunkan, wangi semerbak menyebar di sekeliling jenazah, namun karena aku pikir mungkin disebelahku ada yang memakai parfum, maka aku kira bukan dari jenazah.. Namun wangi yang belum pernah aku cium itu semakin menguat, ketika jenazah dimasukan ke dalam rumah tersebut.

Ketika Jenazah dibaringkan sebelum dipindahkan ke keranda milik Desa kelahiran almarhum, dan Embay Badriah, mendapatkan giliran pertama untuk melihat muka anak kesayangannya, suasana begitu senyap, meski rumah tersebut dipenuhi anak, istri orang tua dan keluarga Imam.

Kami semua khawatir, ibunda Imam tidak kuat menahan tangis dan pingsan jika melihat jenazah tersebut. Ternyata dugaan kami meleset jauh, begitu kafan yang menutupi wajah Imam dibuka, seisi rumah menjadi

kaget dengan teriakan takbir Embay, "Allahu akbar, Allahu Akbar, Azis senyum," teriak Embay, sehingga membuat isi rumah lainnya berebutan ingin mencium.

Nampak wajah Imam seperti orang yang sedang tidur nyenyak dan bibirnya tersenyum. Bahkan tak satupun orang yang hadir menampakkan kesedihannya ketika wajah Imam terlihat. "Abi senyyum, abi senyum," teriak Salsabila, putri kedua Imam Samudra.

Selesai kami sekeluarga melihat dan menyolatkan jenazah yang menghabiskan 30 menit, sesuai dengan waktu yang diberikan pemerintah, jenazah tersebut dibawa dengan menggunakan ambulance milik MER-C, karena almarhum berwasiat tidak boleh mengunakan kendaraan milik pemerintah menuju masjid Al-Manar, Desa Kebaharan Kelurahan Lopang Kota Serang. Sejak keluar dari rumah milik mertua almarhum, tak henti-hentinya takbir bergema di sepanjang jalan menuju masjid tersebut.

Kami tak pernah membayangkan, ratusan ribu pelayat akan mengiringi jenazah Imam, di pintu masuk masjid mereka sudah menunggu sambil bertakbir tak henti-henti.

Usai disholatkan di Masjid al-manar, jenazah dinaikkan kembali ke ambulance MER-C. Sementara ribuan pelayat lainnya mengiringi sambil menggemakan takbir. Bahkan polisi tak kuasa menahan laju mereka untuk menguasai sepanjang jalan menuju pemakaman di Lopang Gede, desa kelahiran Imam. Dan akhirnya tepat jam 11 jenazah tiba di pemakaman tersebut, meski sempat terjadi "bentrok" antar massa dan polisi.

Ketika jenazah dimasukkan ke liang lahat, tak sedikit pun merasakan beratnya jenazah, kami seperti mengangkat satu dus mie instant. Bahkan jika tak khawatir diprotes anggota keluarga lain mungkin hanya satu orang saja yang mengangkat jenazah tersebut.

Subhanallah.. ternyata darahnya masih menetes dan menyebar di kain kafan bagian punggung belakang sebelah kiri, hingga membuat yang menyaksikan berteriak. "Darahnya segar, darahnya segar," teriak Yuli, adik kandungnya.

Usai ditutup dengan tanah, kami bertanya kepada Muhidin, pimpinan penggali makam, apakah ketika menggali tanahnya keras ataun tidak. "Demi Allah, empuk, dan gampang digali," kata Muhidin.

Rosadi, ketua RW 01 Lopang Gede, ketika ditanya mengenai lamanya waktu untuk menggali kuburan, ia mengatakan hanya menghabiskan waktu tidak lebih dari dua jam. "Saya nyuruh jam dua, dan sudah beres jam emapt kurang," katanya. (lulu jamaludin/arrahmah.com)

Ditembak 3 Orang, 1 juta AK-47 Terkokang

Hari ini sejarah mencatat, pemerintahan Indonesia telah membunuh Tiga Mujahid yang membela agama Allah. Lebih-lebih mereka membunuh para Mujahid ini di bulan yang di haramkan oleh Allah pertumpahan darah di dalamnya, naudzubillah mindzalik….

Pemerintahan ini sudah sering di peringatkan melalui para Mujahid dan aktifis-aktifis Islam, tapi nasihat itu tidak membuat hati mereka terbuka dan menerimanya.

Benar firman Allah yang berarti; “mereka itu sama saja dengan diperingatkan ataupun tidak…”

Hati mereka sudah mati dan membatu, tidak mempan lagi untuk diperingati….

Saudaraku, sungguh pembunuhan ini adalah perbuatan dzholim yang dilakukan pemerintahan ini kepada Umat Islam, khususnya Mujahidin. Maka diserukan kepada seluruh Umat Islam agar waspada terhadap makar-makar mereka, dan sungguh makar Allahlah tiada tandingannya…

Mereka (Ali Ghufran, Amrozi, dan Imam Samudera) sudah dipanggil oleh Allah sebagai syuhada, mereka telah Syahid ditangan kaum Kuffar dan Munafiq, semoga balasan bagi mereka Syurga FirdausNya, dan dinikahkan denagn 72 bidadari syurga, amien…dan Ruh-Ruh Mereka dibawa terbang oleh Burung-burung Hijau disurga sana..

Ya Allah…

Kuatkan kami para Mujaidin, bantulah kami dalam menegakkan syariatMu di bumi ini. Tambatkan kaki-kaki kami dalam berjuang demi tegaknya syariatMu.

Ya Allah…

Hancurkanlah musuh-musuhMu dan musuh-musuh kami, sebagaimana Engkau hancurkan kaum-kaum yang bermaksiat kepadaMu sebelum kami, gentarkanlah kaki-kali mereka. Allahumma Amien. (Mikael/arrahmah.com)